Pengikut

Rabu, Februari 25, 2009

MAKCIK yang pandai melihat?

aAssalamualaikum,
Saya ingin bertanya satu perkara. Saya hingga kini masih belum menemui pasangan lelaki yang sesuai untuk saya. Sehingga kini saya ada berusaha untuk berkenalan dengan seorang dua lelaki akan tetapi mereka ini tidak jujur dan hanya memperalatkan saya untuk wanita lain. Perkara ini benar-benar membuat saya berputus asa untuk mencari teman hidup.

Baru-baru ini saya pergi menemui seorang makcik yang dikatakan pandai "melihat" masalah orang. Makcik tersebut memberitahu bahawa masalah saya ialah orang lelaki "tidak dapat melihat" saya. Oleh itu dia mengesyorkan saya untuk berubat dengannya.

Soalan saya, adakah ramalan makcik ini benar dan perlukan saya berubat dengannya?

Sekian, terima kasih.

Jawapan HF (Hafiz Firdaus)

wa'alaikumussalam warahmatullah,

Jawapan yang diberikan oleh makcik tersebut bukanlah kerana dia pandai melihat tetapi kerana hendak cari makan. Orang-orang seperti ini memang sudah ada preset dan preprogrammed answer.

Jika ukhtie (umpamakan sudah berkahwin) bertanya kepada dia tentang pergeseran kehidupan suami isteri, dia akan jawab bahawa suami ukhtie ada perempuan lain.

Jika ukhtie bertanya kepada dia kes dompet yang hilang di pejabat, dia akan jawab yang mengambil ialah orang yang paling hampir dgn ukhtie di pejabat. Jika ukhtie bertanya tentang mimpi yang bukan-bukan, dia akan kata ada makhluk halus yang mengganggu.

Jika ukhtie bertanya tentang sakit misteri yang tidak dapat diubati oleh doktor, dia akan kata "ada orang buat." Dan begitulah seterusnya. Akan tetapi jika ukhtie bertanya kepada dia, kenapa dia tak dapat melihat bila dan siapa customer akan datang minta ramalan atau tafsiran, dia tak boleh jawab. Kerana dia dan orang sekerjaya dengan dia hanya duduk menunggu customer.

Berkenaan pengalaman ukhtie dengan lelaki itu dan ini, ia memang sebahagian daripada hakikat hidup. Jangan pandang ia dari sudut yang negatif sehingga dijadikan alasan untuk berputus asa. Akan tetapi pandanglah ia dari sudut positif. Jadikanlah ia sebagai latihan untuk menguatkan jati diri, kematangan dan wawasan. Hanya dengan cabaran dan ujian seperti ini yang dapat menjadikan kita insan yang cemerlang.

Insya-Allah selagi mana usaha dilakukan, pasti akan ada orang yang sesuai untuk ukhtie.

ALAHAI Timbalan Mufti rupanya

PADA hari Jumaat lepas agak lewat hadir ke masjid untuk solat Jumaat, namun belumlah dilaungkan azan yang pertama itu. Apabila masuk ke masjid, kedengaran seperti orang sedang membicarakan sesuatu mauduk atau pengumuman oleh pengurusan masjid.

Bukanlah, itu adalah kuliah agama sebelum berjumaat. Kerana tidak jelas butir bicaranya, solat sunat masuk masjid saya langsung tidak terganggu. Ya, saya selamat daripada gangguan pidato yang sepatutnya masjid hening dengan orang beriktkaf. Namun di baliknya mendedahkan cerita lain pula.

Pengerusi majlis mengucapkan terima kasih kepada Tibalan Mufti Negeri kerana telah menyampaikan kuliah sebelum Jumaat. Oho, Timbalan Mufti! Kalau tidak diberitahu bahawa itu Timbalan Mufti, sekerat beras saya tidak percaya itu adalah citra orang besar agama sebuah negeri.

Sang Timbalan Mufti tentulah ada digri agama entah dari Mesir atau Jordan atau Maghribi. Kalau lepasan UKM pun tidak salah. Yang saya tidak percaya ialah cara dia menyampaikan imu atau kuliahnya. Aduh, langsung tidak ada naik turun intonasi suara atau tarikan untuk menjadikan kuliah itu satu yang sangat bermakna. Maaflah, terlalu mendatar dan lirih, sekalipun memegang pembesar suara. Orang macam tidak perduli pun apa yang diwacanakan.

Tidak mungkinlah satu negeri sudah kehabisan ulama yang tangkas menyampaikan ilmu, hingga orang yang sudah ‘lumpuh’ suaranya masih diberi tempat tinggi. Untuk apa berjawatan tinggi dalam institusi agama kalau bukan untuk mengepalai penyebaran ilmu. Ustaz, ulama dan Mufti bukan seperti doktor atau jurutera yang bekerja secara diam. Mulut dan suara adalah modal kerja utama pada pendakwah. Kalau suaranya sudah lumpuh ya jangan tampil depan publik. Nak terangkan ilmu agama dengan apa? Mulut dan suara, bukan dengan kayu, skru dan sepana.

Kesempatan ini saya ingin salut kepada kerajaan Perlis yang mempunyai standard untuk memilih individu ke jawatan Mufti. Bukan soal umur muda, tetapi ketrampilannya dalam semua ruang yang akan diteroka. Terus teranglah, umah senantiasa menanti kehadiran ilmuan yang jaguh dan trampil, biar sepuluh dan seribu, biar mengatasi kepopularan para artis.

Apabila ingin mengisi jawatan Menteri, Pengarah atau Pengurus Besar selalu mencari yang terhandal dan hebat. Untuk mencari orang menjadi Mufti, patutkah dinaikkan hanya umur yang sepatutnya dah naik pangkat?

Isnin, Februari 23, 2009

MEMBONGKAR dukun berlabel ustaz/kiyai

Ada cukup banyak cara dan sangat bervariatif, yang semuanya mengandung kesyirikan atau kekufuran nyata. Dan Insya Allah, kami akan menyebutkan sebagian di antaranya, yakni delapan cara yang disertai dengan jenis kesyirikan atau kekufuran yang terkandung pada setiap cara tersebut secara ringkas. Hal ini sengaja kami kemukakan, karena sebagian kaum muslimin banyak yang tidak bisa membedakan antara penyembuhan secara Qurani dengan penyembuhan secara sihir.

Yang pertama adalah cara imani ( keimanan ) dan yang kedua cara syaithani ( atas petunjuk syaitan ). Dan masalahnya akan semakin kabur bagi orang-orang tidak berilmu, di mana tukang sihir itu membacakan mantra dengan pelan sementara dia akan membaca ayat Al Qur’an dengan kencang dan terdengar oleh pasien sehingga pasien itu mengira bahwa orang itu mengobatinya dengan menggunakan ayat-ayat Al Qur’an, padahal kenyataannya tidak demikian. Sehingga si pasien itu akan menerima perintah tukang sihir sepenuhnya. Dan tujuan dari penyampaian dan penjelasan cara ini adalah untuk memperingatkan kaum muslimin agar mereka berhati-hati terhadap berbagai jalan kejahatan dan kesesatan, dan agar tampak jelas jalan orang-orang yang berbuat kejahatan.

Cara iqsam (bersumpah atas nama jin dan syaitan)
Cara adz-dzabh, yaitu dengan cara menyembelih binatang untuk dipersembahkan kepada jin dan syaitan.
Cara sufliyah, yaitu menempelkan ayat-ayat Al Qur’an atau hadits di bagian bawah kaki.
Cara najasah, yaitu menulis ayat-ayat Al Qur’an dengan benda yang najis.
Cara tankis, yaitu dengan cara berkomunikasi dengan bintang –bintang.
Cara al-kaff, yaitu melihat melalui telapak tangan.
Cara al-atsar, yaitu dengan menggunakan benda bekas dipakai.

Beberapa tanda yang dapat dijadikan barometer untuk mengenali tukang sihir jika anda mendapatkan satu tanda dari tanda-tanda berikut ini pada orang-orang yang melakukan pengobatan, maka tidak diragukan lagi dia adalah seorang tukang sihir. Berikut ini tanda-tanda tersebut :

Menanyakan nama si pasien dan nama ibunya.
Meminta salah satu dari beberapa benda bekas dipakai si pasien ( baik itu baju, topi, sapu tangan, atau kaos ).
Terkadang meminta hewan dengan kriteria tertentu untuk disembelih dengan tidak menyebut nama Allah padanya, dan terkadang darah binatang sembelihan itu dioleskan pada beberapa tempat penyakit yang dirasakan oleh pasien atau melempar binatang itu ke tempat puing-puing bangunan.
Penulisan mantra-mantra tertentu.
Membaca jimat-jimat dan mantra-mantra yang tidak dapat dipahami.
Memberi suatu pembatas yang terdiri dari empat persegi kepada pasien, yang di dalamnya terdapat huruf-huruf atau angka-angka.

Dia menyuruh pasien untuk mengurung diri dari orang-orang untuk waktu tertentu di suatu ruangan yang tidak dimasuki sinar matahari, yang kaum awam menyebutnya dengan hijbah.
Terkadang si penyihir itu menyuruh pasien untuk tidak menyentuh air untuk waktu tertentu, yang paling sering selama empat puluh hari. Dan tanda itu menunjukkan bahwa jin yang melayaninya adalah beragama Nasrani.
Memberi beberapa hal kepada pasien untuk ditimbun di dalam tanah.
Memberi pasien beberapa kertas untuk dibakar dan mengeluarkan asap.
Berkomat-kamit dengan kata-kata yang tidak dapat dipahami.
Terkadang si penyihir memberitahu pasien nama dan kampung halaman pasien tersebut serta permasalahan yang akan dikemukakannya.
Si penyihir juga menuliskan untuk pasien beberapa huruf terputus-putus di sebuah kertas ( jimat ) atau di lempengan tembikar putih, lalu menyuruh pasien melarutkan dan meminumnya.

Jika anda mengetahui bahwa seseorang adalah tukang sihir, maka hindarilah dan janganlah Anda mendatanginya, dan jika tidak, maka Anda termasuk dalam sabda Nabi: “Barangsiapa mendatangi seorang dukun, lalu dia membenarkan apa yang dikatakannya, berarti dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.’’ ( diriwayatkan oleh Al Bazzar, dengan beberapa penguatnya, hadits ini hasan dan diriwayatkan juga oleh Ahmad dan Al Hakim, dishahihkan oleh Al Albani: lihat Shahihul Jaami’ ( no. 5939 ). )

http://www.perpustakaan-islam.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=193&PHPSESSID=3fef64ba9696031739874b2fd698f26b

Ahad, Februari 22, 2009

WASPADA terhadap dukun cilik


Di bawah ini ada satu kisah seperti dalam filem Labu Labi buah tangan P Ramlee. Si Labi yang masuk gua dan mendapat batu hikmat untuk mengubati sakit Manisah anak perempuan Haji Bakhil. Mengapa ada orang percaya? Jawabnya ialah pemikiran orang itu sendiri yang minta dipercayai dengan ketulan batu sebagai ubat. Siapa mereka? Sebagian yang mengaku muslim dan zikirnya, masya Allah..., bukan main. Namun rohnya kosong. Petikan dari seberang.

SIAPA sih yang tidak kenal Ponari. Semua orang pasti kenal yang namanya Ponari. Selama kurang lebih 2 minggu ini Dia terus di beritakan di berbagai media massa dan elektronik. Bagaimana tidak, kemampuannya yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan media air dan batu telah mengangkat namanya di berbagai daerah.


Sampai akhirnya Dia dijuluki Dukun Cilik. Namun di sini saya akan mengajak para pengunjung untuk berdiskusi tentang waspada terhadap dukun cilik Ponari. Sejarah sebelum Ponari dilahirkan, konon katanya ibu yang sedang mengandung Ponari tergolong ekonomi yang lemah. Sampai akhirnya sang ibu sering berpuasa karena untuk mendapatkan makan sangat sulit. Setelah dilahirkan Ponari sempat disambar petir (katanya sih) tapi dia selamat dari kecelakaan tersebut. Hingga akhirnya Ponari menemukan sebuah batu yang ajaib. Ketika menemukan batu tersebut, ibunya sempat membuangnya tapi batu itu selalu kembali lagi.


Cara pengobatan Ponari menggunakan pengobatan dengan media air dan batu yang dia temukan. Segelas air kemudian dicelupkan oleh batu ajaib itu kemudian diminum oleh sang pasien. Dalam beberapa kali terapi sang pasien menglami perubahan total menuju arah kesembuhan. Kadang juga Ponari melakukan pengobatan dengan cara menginjak bagian tubuh pasien, tapi cara ini jarang dilakukan karena kondisi Ponari sendiri yang tidak memungkinkan.


Pendapat saya, anda tau Sugesti? Biasanya sugesti dipakai oleh para Hipnoter (orang yang pekerjaannya menghipnotis). Sugesti adalah sebuah ucapan yang diberikan kepada seseorang di bawah alam sadar mereka. Dengan memberikan sugesti, maka orang tersebut akan melakukan perintah yang kita ucapkan. Begitu juga dengan Dukun Cilik Ponari, tetapi bedanya Ponari tidak memberikan sugesti kepada pasien, tetapi pasien itulah yang memberikan sugesti kepada dirinya sendiri.


Karena pasien yakin kalau Ponari bisa menyembuhkan penyakit mereka. Tapi perlu kita ketahui bahwa sugesti hanya bersifat sementara. Dalam hitungan waktu yang tidak sugesti akan hilang. Contohnya bisa kita lihat di televisi dalam acara hipnotis. Ketika sugesti itu hilang atau di cabut oleh sang penghipnotis, maka orang yang dihipnotis akan sadar dan melakukan aktifitas seperti biasanya.Begitu juga dengan Ponari, ketika sugesti pasien hilang maka sakit yang diderita pasien akan kambuh, bahkan konon ada yang meninggal setelah berobat ke Ponari (bener gak ya?).


Ada baiknya kalau kita berfikir logis, karena kelebihan manusia adalah diberikan akal untuk berpikir (betul gak?) Hanya Allah yang bisa menyembuhkan kita dari sakit. Ponari bukan Tuhan dan dia sama sekali tidak mirip dengan Tuhan. Bagaimana pendapat anda?


Apakah sama dengan pendapat saya?

Rabu, Februari 18, 2009

APABILA dalilnya serban Punjabi

RUPA-rupanya nama Ahmad Nasir Darus yang dipenjara dua hari kerana memilih berserban (tidak bertopi keledar) masih mengiang-ngiang di kuping dua orang Mufti, iaitu Datuk Seri Mohd Tamyes Mufti selangor dan Datuk Seri Harussani Mufti Perak. Lebih kurang kehendak dua orang Mufti ini ialah pihak polis patut jangan menyaman orang yang berserban sewaktu menunggang motorsikal.

Pelik pemikiran dua Mufti ini, dalam mengakui topi keledar lebih menjamin keselamatan, mereka seperti berkempen agar orang yang berpelajaran agama digalakkan tidak selamat sekadar membalut kepala dengan serban. Sepatutnya, Mufti berkempen supaya budak-budak sekolah pondok itu lebih menjaga keselamatan, jaga kepala dan mindanya supaya tidak rosak atau hilang memorinya. Tak tahukah Mufti bahawa kalau kepala terhentak boleh menyebabkan hilang ingatan.

Orang Islam sepatutnya lama tahu pihak polis terpaksa pejam sebelah mata, tidak menyaman berjuta-juta umat Islam yang melanggar peraturan jalan raya setiap hari dan paling banyak pada hari Jumaat. Tunjukkan data tahun 2008 yang lalu, berapa yang disaman polis kerana tidak bertopi keledar kerana berulang alik ke masjid, khasnya hari Jumaat. Ingat, ada kira-kira 16 juta orang Islam di Malaysia, dan separuhnya adalah lelaki. Maka katakan saja ada lima juta lelaki ke masjid pada hari Jumaat dan dua juta menunggang motorsikal yang kebanyakannya tidak pakai topi keledar. Dua juta seminggu tak pakai topi keledar, berapa kena saman?

Mari kira lagi Tuan Mufti, dua juta seminggu (khasnya Jumaat), dalam setahun ada 52 Jumaat bermakna 104 juta pesalah trafik setahun dibiarkan saja oleh polis atas nama ‘budi bicara’. Satu orang kena saman daripada 104 juta yang dilepaskan pun Mufti mahu cakap lagi.

Saya rasa malu dengan orang bukan Islam, isu begini didebatkan. Tanggapan orang bukan Islam ialah ortodoknya peminat serban sehingga melupakan teknologi untuk keselamatan. Lebih memalukan setiap kali orang bercakap hak berserban, sandaran atau dalil wajibnya ialah penganut agama sikh! Bagi mereka, kalau orang Sikh boleh berserban atas jalan, mengapa orang Islam tidak boleh. Mufti pun berdalil begitu.

Serban itu sunah? Ya, tapi bukan sunah ibadah khusus seperti solat. Kalau ada yang ditangkap kerana bersolat jemaah, patutlah Mufti bersilat dengan mengatakan solat jemaah itu sunah. Serban adalah pakaian tradisi bangsa Arab. Maka serban itu sunah adat. Kalau dihujah ada pahala berkali-kali ganda kerana berserban, maaf semua daripada hadis daif dan palsu. Kalau kita orang Melayu nak memakainya, pakailah, sama seperti memakai songkok hitam. Tapi janganlah sampai mencabar undang-undang yang semua faham untuk keselamatan fizikal dan mental.

Kepada Ketua Polis Negara, janganlah serba salah. Polis sudah banyak pejam mata, kerana serban dianggap hal agama. Sensitiflah tu….

Selasa, Februari 17, 2009

ANDAI emas itu saya punya

KATAKANLAH jika ayah dan ibu saya wafat, mereka telah meninggalkan berketul-ketul emas tulen. Sebagai anak lelaki saya dapat berapa ketul dan adik-adik perempuan saya berapa ketul pula. Inilah harta pusaka yang pembahagiannya menjadi perdebatan antara seorang Timbalan Menteri dengan para peserta persidangan yang mereka namakan Projek Persidangan Musawah.

Berdasarkan ayat alquran ayat 11 surah an-Nisa bererti anak lelaki mendapat dua bahagian berbanding anak perempuan. Contohnya jika adik perempuan saya mendapat dua ketul emas, maka saya yang lelaki mendapat empat ketul emas! Puak Musawah berkata formula ini sudah tidak sesuai kerana dikatakan tidak adil kepada wanita. Maka bingkaslah Timbalan Menteri dengan mengatakan formula itu merupakan wahyu alquran yang tidak boleh diubah.

Seorang pengamat dalam tulisannya kepada pengarang sebuah akhbar menjelaskan suasana formula Allah dan apa yang sedang berlaku sekarang. Menurunya (seperti juga kebanyakan hujahan ulama) anak lelaki mendapat dua bahagian berbanding anak perempuan kerana hukum asal ialah anak lelaki menjadi ketua keluarga dan menanggung kehidupan kedua-dua orang tuanya sehingga akhir hayat. Malah mana-mana adik perempuannya yang belum berkahwin juga menjadi tanggungan si abang apabila kedua-dua ibu bapa sudah tiada. Anak perempuan menjadi isteri, tidak bekerja sudah dikira sangat beruntung kerana mendapat bahagian hak mutlak yang suaminya tidak boleh mengambilnya. Malah suami pula wajib menafkahi isteri itu (anak perempuan) Itulah sebabnya Allah meletakan formula 2:1 atau dua untuk lelaki dan satu untuk perempuan.

Kemudian si pengamat menghujah bahawa zaman sudah berubah dengan para wanita (anak-anak perempuan tadi) sudah setaraf dengan lelaki, sama-sama bekerja dan mendapat pendapatan lumayan. Dalam hal-hal penjagaan ayah dan ibu banyak pula si ayah dan ibu lebih nyaman dibelai dan dijaga oleh anak perempuannya berbanding anak lelaki. Maka beban menanggung kehidupan hari tua ayah dan ibu berpindah kepada anak perempuan.

Memang tidak sunyi kes bahawa orang tua akhirnya mengikuti kehidupan anak perempuannya, tambahan anak perempuan punya pendapatan tetap. Malah ada kes, orang tua mengikut juga anak perempuan sekalipun si anak perempuan tidak bekerja. Mujur suaminya berjiwa malaikat! Di balik cerita itu ada pula anak lelaki memang menolak untuk menanggung jerit payah membela dan melayan orang tua sehingga akhir hayat. Adik-adik perempuannya juga habis belajar terus bekerja, tidak membebani mana-mana saudara lelaki. Namun sewaktu pembagian harta pusaka itu, anak lelaki membacakan surah an-Nisa ayat 11, untung betul dia!

Soalnya apakah hukum pembahagian harta pusaka formula 2:1 itu memang wajib kekal hingga kiamat sekali pun berlaku perubahan sosial dalam masyarakat? Cuba lihat bagaimana Khalifah Umar al Khattab melaksanakan pembahagian harta zakat. Wahyu Allah berkenaan hak lapan asnaf layak mendapat zakat ialah surah Taubah ayat 60. Rasulullah dan Khalifah Abu Bakar melaksanakan sepenuhnya hak lapan asnaf yang antaranya mualaf atau orang yang hampir-hampir masuk Islam.

Zaman pemerintahan Khalifah Umar, suasana sudah jauh berubah dengan perkembangan Islam yang sangat pesat. Jika pada zaman Rasulullah umat Islam jumlahnya sedikit, sesungguhnya zakat kepada mualaf menjadi satu tarikan kaum bukan Islam menghampiri dan memeluk Islam. Keadaan itu tidak ada pada zaman Khalfah Umar.

Lalu Khalifah Umar membatalkan pemberian zakat kepada golongan mualaf atau orang yang cenderung hatinya kepada Islam. Apakah Khalifah Umar melanggar wahyu Allah dan ingkar sebagian maksud ayat 60 surah Taubah? Tidak mungkinlah, sebab Rasulullah telah menjamin syurga kepada sahabatnya ini. Khalifah Umar berijtihad dengan hujah bahawa ‘sekarang zaman Islam telah kuat dan umatnya besar, maka kebenaran Islam sudah meluas dan tidak tersembunyi. Zakat kepada mualaf untuk memujuk mereka memeluk Islam sudah tidak menjadi keutamaan.’ Ertinya satu kata dua kepada kaum bukan Islam: Terpulang kepada kamu, masuk Islam atau tidak, kamu sudah tahu hal Islam. ‘Zakat tidak lagi untuk memujuk hati kamu.’

Biarlah para ulama dan ilmuan berbincang mengenai hal hukum bersifat duniawi dalam alquran, untuk dilaksanakan secara harfiah sebagaimana zaman awal atau perlu dilakukan penyesuaian dengan berpaksi keadilan standard wahyu Allah.

Ahad, Februari 15, 2009

AGAMANYA ialah 'tidak ada agama'

ZAMAN ini kedengaran orang mengatakan dirinya bebas, tidak mahu terikat dengan dogma atau fahaman apa-apa agama. Mereka menganggap dirinya adil dan saksama, mesra semua manusia tidak kira dari mana-mana puak.

Lalu, benarkah dia tidak ada agama? Tidak mempunyai pegangan agama sebenarnya adalah satu agama. Agama apa? Ya…, agamanya ialah ‘Tidak Menganut apa-apa Agama’. Jika begitu akan ditanya pula apa pula rutin amalan harian agama ‘Tidak Menganut Apa-apa Agama’? Rutinnya ialah tidak melakukan apa-apa amalan, dan mereka percaya itu adalah kelakuan hidup yang baik dan indah.

Di balik daripada fahaman agama begitu, ada aktiviti yang sudah menjurus kea rah fahaman agama. Misalnya di negara-negara Amerika Latin umpama Brazil dan Argentina, bolasepak sudah menjadi seperti agama. Kata orang jawa, mereka sangat ‘mituhu’ dengan bolasepak sebagaimana manusia beragama mituhu (patuh) kepada ajaran agamanya. Di England misalnya, para peminat sesuatu pasukan bola sepak sanggup berkorban wang dan masa untuk bolasepak, malah ada yang sanggup macam mati syahid kerana bolasepak.

Pada tahun 1989 berlaku gerakan prodemokrasi di medan Tienanmen Beijing China. Para pelajar universiti sanggup berbaring di jalan raya sedangkan di hadapannya ada kereta kebal sedang menuju ke arahnya. Mereka sanggup mati! Kes yang serupa juga berlaku di Myanmar pada awal tahun 1990-an. Mereka percaya kalau mati memperjuangkan demokrasi, kematian mereka mulia. Entah kitab mana yang mereka terjemahkan dalam kehidupan.

Apa yang sering saya fikirkan ialah, tidak ada janji hidup bahagia di akhirat oleh agama bernama demokrasi ini. Dalam tidak ada janji entah syurga dan neraka demokrasi, mereka kok sanggup mati atas nama demokrasi. Islam menjanjikan bahagia syurga kepada yang memperjuangkan Islam, nampaknya masih ada muslim yang ragu untuk melaksanakan Islam meskipun solat berjemaah di masjid. Aduhai…..

Khamis, Februari 12, 2009

AKTOR Indonesia kembali kepada Islam

http://www.republika.co.id/berita/25767/Sahrul_Gunawan_Sadar_di_Usia_Dewasa

Dunia ini adalah fana. Manusia hidup tidaklah abadi, hanya sementara. Suatu saat ia akan mati dan kembali kepada Sang Pencipta. Apapun yang diperoleh dan diraih di dunia ini tidak akan dibawa mati. Hanya amalan-amalan saja yang akan dipertanggungjawabkan nanti. Kesadaran demikian, menurut aktor sinetron Sahrul Gunawan, yang semakin mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.



Ia mengatakan, kedekatannya dengan Allah menjadi suatu kebutuhan hidup karena pada dasarnya semua manusia itu membutuhkan kedamaian, dan sumber kedamaian itu ada pada Sang Pencipta. ''Buat apa kita hidup kalau hanya mengejar urusan duniawi, toh nantinya kita akan kembali kepadaNya,'' tutur artis yang melejit lewat sinetron Jin dan Jun ini.



Selama ini, lanjut Arul, sapaan akrab Sahrul Gunawan, dirinya merasa sudah banyak dikaruniai dan dianugerahi kelebihan hidup seperti talenta yang belum tentu orang lain punya. Hal inilah yang kemudian memunculkan kesadaran pada dirinya bahwa semua itu tidak didapatkan dengan sendirinya.

Arul menceritakan, kesadaran beragama muncul di saat dirinya menginjak usia dewasa yaitu sekitar 25 tahun. ''Itu mungkin semacam akhir dari kegelisahan-kegelisahan dalam hidup saya,'' kata laki-laki kelahiran Bogor 23 Mei 1976. Sebelum itu, apapun yang ia kejar dan ia inginkan mudah didapat dan ia selalu merasa tidak puas. 





Dengan keinginan yang mudah didapat, seperti kesuksesan, kekayaan, ketenaran, Arul mengaku sempat melupakan Allah.Ia lupa kalau semua itu sudah ada yang mengatur. ''Saya sempat merasa gamang, bener apa tidak yang terjadi ini,'' renung suami Indriani Hadi ini Arul ketika itu. Untuk mencari jawaban, ia kemudian curhat kepada Allah. Pada 2000 Arul pergi ke Tanah Suci menunaikan ibadah haji. Di sana, tuturnya, ia merasa plong karena unek-uneknya bisa dicurahkan dan semuanya bisa terjawab. Ketika menjalankan rangkaian ibadah haji, jelasnya, ia merasa sempat 'ditegur'. Teguran itu berupa lemparan kerikil yang mengenai jidatnya. 





Ceritanya, saat itu ia sempat takabur dengan makna melempar jumrah.Ia mempertanyakan mengapa harus melempar jumrah segala. ''Setelah melempar jumrah dan membalik, tiba-tiba sebuah lemparan batu entah dari mana datangnya dan siapa yang melempar, mengenai jidat saya. Astaghfirullah...,'' ucapnya. Arul kemudian tersadar dan seperti diingatkan bahwa manusia ternyata kecil sekali di hadapan Allah. ''Jadi seperti boneka atau wayang yang sudah ada dalangnya. Kita bisa dimainkan dengan enak dan kita harus menurut.



Itu pelajaran yang bisa saya petik,'' ungkap pemeran Ustad Jaka dalam sinetron Jalan Lain ke Sana garapan sutradara Chaerul Umam.Sepulang dari Tanah Suci, Arul mengaku merasa lebih tenang dalam menjalani kehidupan. ''Seperti tinggal jalan saja, lebih ringan dan apa yang saya inginkan semakin mudah didapat dan dikasih sama Allah,'' ungkap bintang sinetron yang berwajah baby face ini.





Kesadaran religius itu ia buktikan ketika ditawari memerankan Ustad Jaka dalam sinetron yang ditayangkan Ramadhan lalu. Menurutnya, ia langsung jatuh cinta ketika ditawari memerankan peran utama dalam sinetron itu. Padahal, lanjutnya, memerankan seorang ustad muda yang tetap konsisten dengan ajaran agamanya di tengah kehidupan modern ini tidaklah mudah.''Dalam hati saya sempat bertanya-tanya, kok masih ada orang yang seperti Ustad Jaka itu.'' 





Setelah membaca naskah sinetron ini, Arul merasa lebih jatuh cinta lagi karena dari situ ternyata banyak hikmah yang bisa diambil. ''Saya juga berpikir pasti nanti banyak yang bisa diambil manfaatnya bagi penonton,'' ujar presenter kelahiran kota hujan ini. Mendapat peran sebagai ustad muda, kata Arul, melalui casting yang cukup ketat.Tapi, dengan perjuangan keras dan selalu berdoa, ia akhirnya dapat peran itu dan dipercaya sang sutradara. Saat itu, ungkap Arul, sampai terbawa mimpi. ''Mimpinya ternyata peran itu dikasihkan pada orang lain dan sambil nonton sinetron itu saya menangis karena sangat mengharap peran itu,'' ujarnya.





Arul menceritakan pengalaman barunya bermain di senetron bernapaskan Islami.Menurutnya, bekerja di lingkungan agamis sangat menyenangkan. ''Saya seperti diingatkan, karena baru pertama ini mendapatkan lingkungan yang buat saya bisa mempengaruhi untuk belajar agama lebih banyak,'' tegas sarjana ekonomi Universitas Pakuan, Bogor itu. Pelajaran apa yang bisa dipetik Arul? Saat shooting di sinetron lain, kalau mau lakukan hal-hal pokok seperti shalat lima waktu, katanya, kadang ngumpet karena ada perasaan takut di bilang sok alim. ''Di sinetron ini (Jalan Lain ke Sana), kalau kelewat (terlambat melaksanakan shalat -- Red) malah merasa malu.Kontradiktif sekali,'' katanya.





Bagaimana cara memerankan seorang ustad dengan pas? Menurut Arul, yang dilakukannya semata-mata karena profesionalismenya sebagai seorang aktor sinetron. ''Saya tidak mempunyai guru atau pembimbing. Saya juga tidak survei dulu. Satu-satunya referensi, ya skenarionya dibantu diskusi dengan sutradara.'' Sinetron Jalan Lain ke Sana menceritakan tentang kegelisahan seorang ustad yang sedang jatuh cinta. Sebagai ustad, ada norma agama yang tidak boleh dilanggar. ''Solusi secara Islami itu yang rasanya sulit.Saya juga tidak tahu bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari agar sesuai dengan ajaran Islam,'' ujarnya. Menurutnya, saat suting sinetron itu ia sempat berpikir bahwa kehidupan sehari-harinya ternyata sangat jauh dari kehidupan Ustad Jaka seperti yang ada di senetron itu. ''Sahrul ternyata adalah manusia yang lemah karena sifat duniawinya masih kental dibanding tokoh Jaka,'' akunya sembari menambahkan peran Ustad Jaka semakin meningkatkan kesadaran beragamanya.





Menurut Sahrul, kehidupan religius sebenarnya bukanlah hal yang asing baginya. Ia mengaku dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama. Ia masih ingat ketika anak-anak diwajibkan untuk mengaji di madrasah dekat rumahnya setiap sehabis Ashar. Namun, lantaran masih anak-anak ia seringkali malas-malasan. ''Karena itu kalau saya telat atau tidak shalat sama ayah disabet dengan sapu lidi, ya nangis juga kalau kena. Kan sakit dan pedih,'' kenang anak kedua dari lima bersaudara ini.Tapi, seingatnya, ia tidak pernah membenci ayahnya.





Bahkan kini, tuturnya, ia merasa berterima kasih kepada ayahnya karena telah memberikan ajaran agama dengan ketat. ''Justru jadi ingat sampai sekarang, meski shalat saya masih sering meleset.'' Didikan orang tua seperti itu, menurutnya, masih berbekas dalam dirinya hingga kini. Bahkan didikan itulah yang justru menjadi bekal baginya dalam mengarungi hidup. ''Apalagi di Jakarta, orang gampang sekali terkena pengaruh buruk. 





Tapi orangtua selalu mengingatkan saya kalau ada yang salah jangan dilakukan dan harus dihindari,'' tutur anak pasangan M Sumantri-Hasanah ini.Makanya, lanjut Arul, sampai sekarang ia butuh pulang ke Bogor, ke orang tua dan kampung halaman. Karena di sana lebih tenang dalam menjalani hidup. ''Meski sudah dewasa dan bisa hidup mandiri tapi masih butuh dekat orang tua'' kata artis yang juga terjun dalam dunia tarik suara ini. Arul mengatakan, menjadi public figure adalah suatu karunia dan ia mengsyukuri karunia itu. Bentuk syukur itu adalah bagaimana ia bisa lebih berbakti kepada-Nya dan berbuat baik kepada orang lain.

Rabu, Februari 11, 2009

TIADA pilihan selain Islam!

ATAS nama hak-hak asasi dan kebebasan manusia maka di lapangan sedang ditiupkan slogan ‘Bebas Memilih Agama’. Golongan liberal sekalipun mengaku Islam juga menjadi penunjang gagasan ini kemudian saling reda-meredai amalan mana-mana agama yang ada. Saya menemukan risalah ini daripada satu web dari seberang dan membuat suntingan untuk disesuaikan pembaca blog ini. Semoga bermanfaat. Sekian daripada pengarang.

MENIMBANG PERNYATAAN BEBAS MEMILIH AGAMA
Oleh: Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan

Sesungguhnya Nabi Muhammad s.a.w. sebagai penutup para nabi. Tidak ada nabi setelah baginda hingga hari kiamat. Maksud firman Allah: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak daripada seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi…” [Al-Ahzab: 40] Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Dan aku merupakan penutup para nabi, tidak ada nabi setelahku.” [HR Tirmidzi]

Syari’at baginda s.a.w. juga merupakan penutup syari’at. Tidak ada syari’at yang menyamainya, dan tidak ada syari’at baru setelahnya hingga hari kiamat. Maksud firman Allah: “Sesungguhnya agama (yang diredhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” [Ali-Imran: 19] dan “Sesiapa mencari agama selain daripada agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali-Imran: 85]
Artinya menyerahkan diri kepada Allah dengan mentauhidkan dan tunduk kepada-Nya dengan mentaati perintah-Nya, kemudian berlepas diri daripada kesyirikan serta pelakunya. Islam dengan makna seperti inilah yang dibawa oleh semua rasul. Jadi, Islam ialah mentauhidkan Allah, mentaati para rasul-Nya, dan mengamalkan syari’at yang diberikan pada zamannya. Akidah para nabi itu satu (sama), iaitu mentauhidkan Allah, sedangkan syariatnya berbeda-beda, karena Allah memberikan syariat yang sesuai dengan masanya.

Maksud firman Allah lagi: “Untuk tiap-tiap umat di antara kami, Kami berikan aturan dan jalan yang terang” [Al-Ma’idah: 48] dan “Bagi taip-tiap masa ada kitab (yang tertentu). Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya terdapat Ummul kitab (Lauh Mahfudz)” [Ar-Ra’d: 38-39]

Apabila suatu syari’at sudah dihapus, maka wajib mengamalkan syari’at baru yang menghapusnya. Tidak boleh mengamalkan syariat yang telah dihapus. Karena mengamalkan yang telah dihapus bukan ibadah, tetapi hanya mengikuti hawa nafsu dan setan. Dan syari’at Muhammad s.a.w. merupakan penghapus bagi semua syari’at terdahulu. Oleh karena itu, wajib mengamalkannya dan meninggalkan syari’at lainnya, karena semua sudah terhapus. Syari’at Nabi Muhammad ini mencakup semua yang bisa memberi kebaikan kepada manusia, di setiap tempat dan segala keadaan. Hal ini dihujah oleh Allah dengan maksud ayat: “Pada hari ini, telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku redhai Islam itu menjadi agamamu” [Al-Maidah: 3]

Yang dimaksud dengan kalimat “Islam” dalam ayat ini, ialah dien (agama) Nabi Muhammad s.a.w. Hal ini karena penobatan beliau sebagai Rasulullah atau utusan khas Allah. Istilah Islam digunakan pada syari’at yang dibawa Muhammad s.a.w., dan baginda ini sebagai utusan Allah kepada semua manusia. Maksud firman Allah: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya” [Saba’: 28] dan “Katakanlah, hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua…” [Al-A’raf: 158]

Oleh karena itu, seseorang yang tetap bertahan dengan agama-agama terdahulu, seperti Yahudi dan Nasrani atau lainnya, berarti dia menjadi orang yang ingkar kepada Allah, karena tidak berada di atas agama yang diperintahkan oleh Allah, iaitu agama Nabi Muhammad s.a.w. Allah berfirman yang maksudnya: “Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu.” [Al-Maidah: 67]
Setelah itu, Rasulullah s.a.w. mengirim surat kepada para raja di muka bumi untuk mengajaknya masuk Islam, mengikuti baginda atau membebankan atas mereka tanggung jawab ittiba’ jika mereka tetap kufur. Rasulullah juga mengirim para utusan ke pelbagai penjuru dunia. Rasulullah mengirim Mu’adz bin Jabal ke Yaman, seraya bersabda: “Engkau akan mendatangi sebagian kaum Ahli Kitab, maka hendaklah yang pertama kali engkau dakwahkan, ialah syahadah Lailaha Illallah dan Muhammadur Rasulullah.” [Al-Hadits]

Allah berfirman kepada nabi s.a.w.: “Hai nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” [At-Taubah: 73]

Maka Rasulullah s.a.w. pun bergegas melaksanakan perintah Allah dengan memimpin tentara dan membentuk pasukan untuk berjihad di jalan Allah. Kemudian para sahabat setelah baginda s.a.w. melanjutkan jihad ini sehingga berhasil menaklukkan dunia bagian timur dan barat. Dan agama Allah memperoleh kemenangan, meskipun orang-orang musyrik membenci Islam.
Berdasarkan huraian di atas, maka perkataan “bebas memilih agama” merupakan perkataan batil atau salah. Perkataan ini akan mengakibatkan terhapusnya syariat jihad fi sabilillah, walhal Allah berfirman yang maksudnya: “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi, dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah.” [Al-Baqarah: 193]

Jika manusia Allah bebaskan memilih agama, berarti tidak perlu dikirimkan rasul dan diturunkan kitab untuk memerintahkan (manusia) beribadah kepada Allah semata-mata. Jika begitu juga berarti, tidak boleh membunuh orang murtad yang diperintahkan Rasulullah agar dibunuh, (sebagaimana) dalam sabda beliau: “Orang yang menggantikan agamanya, maka bunuhlah dia.” [HR Al-Bukhari]

Yang melontarkan “bebas memilih agama” ini hanyalah golongan penganut ‘wihdatul-wujud’. Perkataan mereka dirakam dalam al-quran bermaksud: “Dan mereka berkata: Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa’, Yaghuts, ya’uq dan Nasr.” [Nuh: 23] dan “Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu ilah (Tuhan) yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat menghairankan.” [Shad: 5]

Benar ada maksud firman Allah: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).” [Al-Baqarah : 256] Ayat ini dijadikan pegangan oleh para pengusung pendapat ini tanpa alasan yang haq, sebenarnya ayat tersebut tidak seperti yang mereka inginkan. Mufassir Al-Imam Ibnu Katsir rhm berkata: Allah berfirman: “Maksudnya surat Al-Baqarah ayat 256 iaitu, kalian jangan memaksa seseorang untuk memasuki Islam.”

Maksudnya sangatlah jelas, tidak perlu memaksa seseorang masuk Islam. Akan tetapi, orang yang diberi petunjuk Allah dan dilapangkan dadanya untuk menerimanya, maka ia akan masuk Islam. Sedangkan orang yang dibutakan mata hatinya, pendengaran dan penglihatannya ditutup oleh Allah maka tidak ada gunanya memaksanya masuk Islam. Para ulama menyebutkan ayat ini turun pada sekelompok orang Ansar, meskipun hukum ayat ini bersifat umum.

Imam Ibnu Katsir juga berkata: Sebagian ulama berpendapat, pengertian ayat ini dibawakan kepada para ahli kitab dan orang yang mengikuti agama mereka sebelum terjadi perubahan dan pergantian kepada seruan masuk Islam. Jika mereka sudah membayar jizyah (artinya, orang kafir yang telah membayar jizyah ini, jangan dipaksa masuk Islam-editor). Sementara itu, sebagian ulama lainnya mengatakan, bahwa ayat ini telah dimansukh (dihapus hukumnya dan diganti-editor) dengan ayat yang memerintahkan untuk berperang, dan wajib mendakwahi semua umat manusia agar masuk ke dalam agama Islam yang lurus ini. Jika ada di antara manusia yang tidak mahu masuk Islam, tidak mahu tunduk kepada-Nya, dan juga tidak mau membayar jizyah, maka ia diperangi sampai terbunuh. Selesai perkataan Ibnu Katsir rhm itu.

Syaikh Abdur Rahman As-Sa’diy mengatakan, dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 256 ini, sebagai penjelasan mengenai kesempurnaan agama ini. Karena kesempurnaan bukti-buktinya, kejelasan ayat-ayatnya, juga karena keberadaan Islam itu sebagai agama (yang sesuai dengan) akal, ilmu, fitrah, hikmah, agama kebaikan dan yang mengadakan perbaikan, agama yang haq dan agama petunjuk. Karena kesempurnaannya ini, juga karena diterima oleh fithrah, maka tidak perlu memaksa manusia masuk Islam. Karena pemaksaan itu ada hanya pada sesuatu yang tidak disenangi hati, bertentangan dengan hakikat dan kebenaran, atau pada sesuatu yang tidak jelas bukti dan tanda-tandanya.

Jika tidak demikian, maka orang yang telah sampai padanya dien ini lalu dia menolaknya, tentu hal itu disebabkan oleh sifat bangkangannya. Sudah jelas perbedaan antara petunjuk dan kesesatan sehingga tidak ada alasan menolak Islam.

Makna ini, tidak bertentangan dengan banyak ayat yang menyerukan kewajiban jihad. Karena Allah mewajibkan jihad, supaya semua dien (agama) itu hanya untuk Allah, juga untuk menghalau kezaliman para pelakunya. Dan kaum muslimin sepakat, bahwa jihad itu tetap ada bersama dengan pemimpin yang baik dan zalim. Hal itu termasuk yang difardhukan secara terus menerus, jihad melalui ucapan ataupun perbuatan.

Jadi jelas, maksud firman Allah surat Al-Baqarah ayat 256, bukan membiarkan manusia tetap berada di atas agama kekufuran, kesyirikan ataupun penyimpangan, karena Allah menciptakan makhluk agar mereka beribadah kepada-Nya semata-mata, tidak ada sekutu bagi-Nya, sebagaimana firman Allah: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” [Adz-Dzariyat: 56]

Sesiapa yang tidak mahu beribadah (mengabdi) kepada Allah, maka orang itu diperangi, sehingga semua agama (ketaatan-editor) itu hanya untuk Allah.[1]
Demikianlah, kita memohon kepada Allah agar Dia menujukkan kepada kita kebenaran itu sebagai kebenaran, dan memberikan kepada kita kekuatan untuk mengikutinya, serta menujukkan kepada kita kebatilan itu sebagai sebuah kebatilan dan memberikan kekuatan untuk menjauhinya.

[Disalin daripada Majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XI/1428H/2007M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
Footnotes
[1]. Dan hal ini tentu dengan memperhatikan syarat-syarat dan adab-adabnya sebagaimana dijelaskan oleh para ulama. Seperti harus adanya kemampuan dan telah sampainya dakwah kepada mereka. Wallahu a’lam. (-red)

Sabtu, Februari 07, 2009

SENI memilih jilbab

http://www.republika.co.id/berita/29714/Trik_Nyaman_Berjilbab

Wanita muslimah tak terlepas dari hijab atau jilbab untuk menutup aurat. Indonesia adalah negara tropis sehingga terkadang penggunanya merasa tak nyaman. Untuk itu Anda perlu mengetahui trik memakai jilbab yang tepat sekaligus nyaman setiap saat.


Bahan jilbab yang ringan, nyaman serta bentuk praktis dapat menjadi pilihan tepat bagi wanita muslimah di Indonesia. Jika hendak menggunakan jilbab langsung atau bergo, gunakan yang sesuai dengan bentuk wajah. Jangan lupa untuk memilih bentuk yang sesuai dengan acara yang hendak dihadiri.Untuk keindahan, anda bisa memilih busana serta jilbab dengan warna yang senada.


Selain memperhatikan warna model dan bahannya, juga sebaiknya memperhatikan aksesoris yang tidak terlalu berlebihan untuk memberi kesan elegan dan cantik.Agar jilbab yang anda gunakan tidak sepanjang acara. pastikan memakai ciput, bando atau bandana sebagai bagian dalam sebelum menggunakan jilbab. Anda bisa menggunakan ciput, bando, atau bandana agar rambut tidak mudah keluar dan rambut pun rapi tersembunyi. Keuntungan lain, jilbab akan lebih mudah diatur. Namun perhatikan juga bahan dari bagian dalam jilbab anda.


Terkadang jilbab atau bergo yang digunakan tidak cukup tebal sehingga dalaman jilbab cukup membayang. Untuk menyiasati pilih warna yang serasi dengan jilbab luar atau pilih warna hitam, putih atau warna kulit yang akan cocok dipadu-padan dengan jilbab aneka warna. Agar terlihat lebih menarik dan manis gunakan aksesoris jilbab seperti bros atau lainnya agar terlihat lebih cantik. Namun hindari model jilbab yang rumit dan banyak aksesoris untuk pemakaian sehari-hari. Agar aktivitas tidak terganggu dan mendukung gerak agar tetap leluasa. (cr1/ri)

RAKAN saya disamun?

SEORANG rakan saya juga adalah seorang pembayar cukai kepada pemerintah nampaknya sedang marah dengan perkembangan politik sekarang. Sekalipun dia wanita, suara nurani politiknya tidak dapat dibendung lagi. Dan apabila membaca berita atau khabar wang 50 juta diapung-apung dan diagih-agih untuk permainan politik, maka hatinya bertambah marah. Ini persepsinya mengenai wang 50 juta itu, betul atau tidak Tuhan saja yang tahu!

Rakan saya kata wang itu bukan datang dari mana-mana negara luar. Itu wang rakyat, para pembayar cukai. Dia kata dirinya pun bayar cukai kepada pemerintah, sebab itu apabila terdengar wang pembaya cukai dijadikan modal permainan politik, dia jadi amarah sangat. OK, terimalah hujahnya sebagai pembayar cukai yang prihatin. Juga semua orang kena terima dia seorang warga negara yang berguna kepada negara. Saya kenal dia, manusia yang baik, rajin bekerja dan patuh undang-undang. Kalau melanggar undang-undang jalan raya pun itu sajalah, macam mana-mana manusia juga. Tuan Imam dan para ulama juga mesti pernah melanggar undang-undang jalan raya. Dah undang-undang itu banyak sangat.

Kerana dia rajin dan tidak melakukan jenayah, maka negara beruntung mempunyai rakyat sepertinya. Kementerian Dalam Negeri tidak perlu mengerah polis untuk mengawasi kehidupannya, kerana dia bukan ancaman kepada sesiapa pun dalam negara ini, malah kerja hariannya memastikan manusia yang di sekelilingnya patuh undang-undang. Dan negara (baca semua jenis pemerintah) untung kerana dia berpendapatan besar, maka cukai langsung dan cukai tidak langsung yang dibayar juga besar. Saya yakin sekurang-kurangnya ada sejuta warga Malaysia yang seperti rakan saya itu. Lihat berapa untungnya negara dengan memiliki sejuta warga seperti rakan saya itu. Oleh itu dengarlah apa yang terbuku dalam hatinya (dan mereka yang lain).

Apa dia kata? Katanya, “saya tidak reda wang yang saya bayar sebagai cukai dipergunakan untuk kerja-kerja tidak bermoral!”

Inilah suara hati rakyat bawahan yang taat kepada negara. Pemimpin datang supaya mengundinya dalam pilihan raya, dia patuh. Pemimpin membuat undang-undang supaya rakyat membayar cukai, dia bayar. Pemimpin datang dan berucap panjang, dia bertepuk tangan juga.

Kalaulah para pemimpin sudah tidak perduli dengan suara soksek-soksek rakyat mengenai kewajiban dicukai dan perbelanjaan wang cukai itu, betul kawan saya sedang dirompak atau disamun. Mana ada penyamun perduli dan tanya orang yang hartanya disamun.

Rabu, Februari 04, 2009

POLITIK ini wayang kulitkah?

LAGI-lagi politik yang menjadi perhatian sekalipun banyak yang menyindir orang-orang politik berperangai macam budak-budak. Politik itu kuasa, dan kuasa itu di atas maka orang sering memandang ke atas. Patut sangatlah baik atau busuknya politik wajib dilihat oleh orang-orang dari lembah, macam saya ini.

Sebagai warga negara memang saya mengundi dalam pilihan raya. Itu rahsia sayalah, pilih mana satu. Namun saya tidak mahu menjadi mata rantai pergerakan politik yang dikatakan macam permainan budak-budak belum sekolah. Lihatlah wakil-wakil rakyat yang kita pilih, yang kita sandarkan harapan untuk menolong kita yang di bawah ini, apa dibuatnya di Perak. Orang-orang politik ini hanya menemui rakyat apabila meminta sokongan untuk diangkat ke atas. Apabila sudah berjaya menjadi wakil-wakil rakyat atau menteri, tidak perduli sangat dengan janjinya. Lompat parti sana-sini, betul-betul macam permainan kami budak-budak main perang combat dahulu. Sebelum main perang-perang pilih pasukan mana, tiap-tiap hari kena tukar kawan dan lawan untuk suasana seronok. Politik orang tua yang dikatakan dewasa pun macam itu juga. Ketawalah yoep kita hari ini…..

Amboi semasa berkempen dalam pilihan raya bukan main tunjuk hebat ucapan dan gaya, konon dialah manusia paling teguh pendiriannya. Kemudian datang segerombolan politik lain beritahu rakyat bahawa mereka membawa imej politik yang suci bersih. Apabila sudah tamat pilihan raya, ingatkan semua sudah selesai rupa-rupanya makin haru-biru. Inikah janji orang politik mahu beri rakyat senang dan tenteram. Tak habis-habis pesongkan pemikiran rakyat kepada politik. Apa rakyat dapat sejak habis pilihan raya bulan Mac 2008?

Cakap mahu makmurkan negara apabila dipilih sebagai orang-orang penting dalam politik negara. Ceh…, mereka hari-hari kutuk lawan, kemudian kacau sana kacau sini. Nak tanya, apa yang rakyat dapat apabila pemimpin-pemimpin politik saling berbalah dan berbelit-belit cakap untuk menunjukkan konon maksum macam malaikat. Ada pilihan raya kecil dua tiga kali, apa faedahnya kepada rakyat? Apa dengan buat pilihan raya baru di Perak, maka harga gula tidak jadi naik selama lima tahun?

Mereka, ahli-ahli politik ini kononnya semakin tua semakin matang dan tahan mentalnya. Konon kalau umur 40 tahun masih mentah dalam pentadbiran negara. Itu sebablah banyak ahli politik sudah tua-tua, semua sudah melewati umur pencen 58 tahun. Matang apa? Entah-entah nyanyuk, tapi dimekap-mekap dikatakan matang dan berseni. Aduh, rakyat percaya pula….. inilah yang sedang berlaku.

Semua sedang terganggu, tidak tumpu pada kerja melainkan asyik tengok wayang kulit mamat-mamat ini. Inilah dunia Melayu…..

TERLEPAS wang seribu ringgit?

BARU_baru ini saya membaca keluhan seorang dalam akhbar mengenai dirinya ditipu pemanggil yang mengatakan nombor telefonnya memenangi hadiah wang yang banyak. Dan banyak lagi luahan itu dicatat dalam akhbar sebagai peringatan bersama. Saya tidak terkecuali daripada mengalaminya. Maka nikmatilah cerita saya pula.


PADA jam 1.50 sore tadi telefon saya menerima panggilan yang nombor pemangilnya dirahsiakan. Setelah berhello dua kali pemanggil menghentikan percakapan, putus. Dua minit kemudian ada panggilan daripada nombor +10707, suara pemanggilnya lelaki berbicara gaya orang Indonesia.

Pemanggil tanpa memperkenalkan dirinya terus memberitahu yang kartu sim nombor telefon bimbit saya memenangi wang seribu ringgit. Dia memberitahu syarikat celcom telah memilih nombor saya dan meminta saya menyatakan nombor akaun MBB untuk pemindahan wang seribu itu.

Apabila saya tanyakan siapa yang sedang bercakap dengan saya, dia memberitahu namanya Haji Abdul Latif, tetapi telornya betul-betul Indonesia. Asalnya saya menduga penggilan dari Indonesia kerana nombor telefon saya terpampang dalam blog ini. Ketika sedang berbual, saya dapati seperti ada gangguan suara-suara lain.

Kemudian Haji Abdul Latif ini ingin kepastian apakah saya orang Indonesia. Saya pasti dia terduga saya orang Indonesia kerana saya juga bertutur Melayu telor Indonesia. Lalu saya katakan saya tinggal di Malaysia. Ketika Si Haji ini masih meminta nombor akaun bank, saya katakan agar menghantar berapa banyak wang kepada saya melalui cek. Dan saya sedia memberikan alamat untuk tujuan itu.

Ada lagi gangguan seperti penasihat-penasihat kepada Si Haji ini. Kemudian belum sempat untuk saya berikan alamat untuk mendapat cek percuma, Si Haji memutuskan bualan. Ini cerita betul dan saya memang seronok dapat menjengkal muka manusia goblok, walaupun saya ‘melepas wang seribu ringgit’! Kadang-kadang orang goblok memang melucukan.

Kepada pembaca, jangan sesekali percaya anda menang wang kerana tidak ada mana-mana pihak akan menyerahkan wang begitu banyak kerana nasib baik anda. Maka jangan berikan nombor akaun bank anda kerana mereka mahir untuk menyedut wang yang sedia ada dalam akaun bank anda.

Boleh buat seperti saya untuk meminta pihak itu menghantar wang dalam bentuk cek. Namun jangan berikan alamat rumah anda, sebaliknya berilah alamat rumah rakan atau saudara yang jauh-jauh ratusan kilometer. Manalah tahu betul malaikat menyamar untuk memberi wang dari langit, bertuahlah! Kalau bimbang dia akan mencari kita, kan kita tidak tinggal di alamat berkenaan. Namun jika sejak awal pemanggil tidak mendedahkan nombor telefonnya dan tidak memperkenalkan dirinya terdahulu, itulah sang pembohong sedang bekerja!

Isnin, Februari 02, 2009

APABILA orang sastera berdemo

APABILA ahli-ahli bahasa, sasterawan dan budayawan yang selama ini bersimposium, membentang kertas kerja dan mengadakan dialog untuk memperkembang dan memperjuangkan bahasa ibunda, kini mereka turun di jalanan dan mengangkat sepanduk, apa sebenarnya yang telah berlaku?

Siapa yang tidak kenal nama Profesor Dr Awang Sariyan, seorang tokoh bahasa yang suaranya lirih dan tubuhnya pun bukan agam. Sebagai salah seorang anak muridnya, saya tidak percaya orang seperti Prof Dr Awang Sariyan akan turun ke medan demontrasi dan memekik kepada orang ramai memberitahu hal-hal bahasa. Demontrasi bukanlah kehendak manusia sepertinya. Sama juga apabila saya melihat tokoh besar Sasterawan Negara A Samad Said bersama pejuang bahasa turut berdemontrasi, ini bukan jiwa A Samad Said. Sasterawan ini kalau baca puisi pun tidak ada pekikan atau memekis-mekis suara sekalipun orang lain kalau baca sajak biasa saja begitu. Orang tua ini selalu bersuara lirih, kerana memang itu lahir dari dalam jiwanya. Lalu mengapa Pak A Samad Said melakukan kerja-kerja yang selama ini dilakukan oleh Tian Chua?

Jawabnya, habis sudah ruang bicara dan semua sudah pekak-tuli. Mereka juga kian sadar yang waktu kian suntuk. Bukan saja waktu kian suntuk kerana hal-hal Bahasa Melayu kian diinjak-injak atas nama ekonomi, tetapi umur mereka juga kian suntuk sedang di belakangnya belum ada pengganti yang berjiwa besi. Siapa yang akan menggantikan Prof Dr Awang Sariyan dan Pak Samad Said? Sehingga tidak keterlaluan untuk menggelar Prof Dr Awang Sariyan sebagai Pejuang Bahasa Melayu yang terakhir di bumi Tanah Melayu!

Biarlah mereka pejuang-pejuang bahasa mengunakan haknya berbicara di jalanan setelah suara mereka di dewan simposium tidak berguna satu sen pun. Telah beberapa kali diadakan rembukan dengan bapak-bapak menteri sejak 2003 lagi, dan kini setelah masuk 2009 maka biarlah mereka berarak sebagaimana mereka yang selama ini marah telah berarak di jalanan. Nanti orang akan kata: Pejuang bahasa apa, tidak berani melawan sedangkan ada anak muda sanggup masuk penjara kerana sehelai kain serban!

(foto ihsan MSO)